japanlovers
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
japanlovers

ini adalah forum khusus buat anak-anak japanlovers
 
IndeksIndeks  PortalPortal  GalleryGallery  PencarianPencarian  Latest imagesLatest images  PendaftaranPendaftaran  LoginLogin  

 

 japan culture

Go down 
3 posters
PengirimMessage
rajabajaklaut

rajabajaklaut


Male Jumlah posting : 131
Lokasi : lautan biru
Registration date : 20.02.08

Character sheet
shinigami: DAGING!!!!!!!

japan culture Empty
PostSubyek: japan culture   japan culture Icon_minitimeMon Apr 21, 2008 6:45 pm

Acara menari bersama yang disebut Bon Odori (盆踊り, Bon Odori? tari Obon) dilangsungkan sebagai penutup perayaan Obon. Pada umumnya, Bon Odori ditarikan bersama-sama tanpa mengenal jenis kelamin dan usia di lingkungan kuil agama Buddha atau Shinto. Konon gerakan dalam Bon Odori meniru arwah leluhur yang menari gembira setelah lepas dari hukuman kejam di neraka.

Bon Odori merupakan puncak dari semua festival musim panas (matsuri) yang diadakan di Jepang. Pelaksanaan Bon Odori memilih saat terang bulan yang kebetulan terjadi pada tanggal 15 Juli atau 16 Juli menurut kalender Tempō. Bon Odori diselenggarakan pada tanggal 16 Juli karena pada malam itu bulan sedang terang-terangnya dan orang bisa menari sampai larut malam.

Belakangan ini, Bon Odori tidak hanya diselenggarakan di lingkungan kuil saja dan penyelenggaranya sering tidak ada hubungan sama sekali dengan organisasi keagamaan. Bon Odori sering dilangsungkan di tanah lapang, di depan stasiun kereta api atau di ruang-ruang terbuka tempat orang banyak berkumpul.

japan culture 21_01

japan culture 26308482_c1a478cbef

Di tengah-tengah ruang terbuka, penyelenggara mendirikan panggung yang disebut Yagura untuk penyanyi dan pemain musik yang mengiringi Bon Odori. Penyelenggara juga sering mengundang pasar kaget untuk menciptakan keramaian agar penduduk yang tinggal di sekitarnya mau datang. Bon Odori juga sering digunakan sebagai sarana reuni dengan orang-orang sekampung halaman yang pergi merantau dan pulang ke kampung untuk merayakan Obon.

Belakangan ini, jam pelaksanaan Bon Odori di beberapa tempat yang berdekatan sering diatur agar tidak bentrok dan perebutan pengunjung bisa dihindari. Penyelenggara Bon Odori di kota-kota sering mendapat kesulitan mendapat pengunjung karena penduduk yang tinggal di sekitarnya banyak yang sedang pulang kampung. Ada juga penyelenggara yang sama sekali tidak menyebut acaranya sebagai Bon Odori agar tidak dikait-kaitkan dengan acara keagamaan.
Kembali Ke Atas Go down
http://www.cokidisini.multiply.com
Crab

Crab


Male Jumlah posting : 252
Age : 36
Lokasi : Pamulang Hidden Village
Registration date : 04.03.08

Character sheet
shinigami: Yak...dengan Crab disini...Halooo...Halooo...Mau bicara ma sapa yah??Halooo...Sial di tutup telvon nya...asuuu

japan culture Empty
PostSubyek: Re: japan culture   japan culture Icon_minitimeMon Apr 21, 2008 8:51 pm

Matsuri
Matsuri (祭?) adalah kata dalam bahasa Jepang yang menurut pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan untuk Kami, sedangkan menurut pengertian sekularisme berarti festival, perayaan atau hari libur perayaan.
Matsuri diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada umumnya diselenggarakan jinja atau kuil, walaupun ada juga matsuri yang diselenggarakan gereja dan matsuri yang tidak berkaitan dengan institusi keagamaan. Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut Kunchi.
Garis Besar
Sebagian besar matsuri diselenggarakan dengan maksud untuk mendoakan keberhasilan tangkapan ikan dan keberhasilan panen (beras, gandum, kacang, jawawut, jagung), kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan kekebalan terhadap penyakit, keselamatan dari bencana, dan sebagai ucapan terima kasih setelah berhasil dalam menyelesaikan suatu tugas berat. Matsuri juga diadakan untuk merayakan tradisi yang berkaitan dengan pergantian musim atau mendoakan arwah tokoh terkenal. Makna upacara yang dilakukan dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka ragam seusai dengan tujuan penyelenggaraan matsuri. Matsuri yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai makna ritual yang berbeda tergantung pada daerahnya.
Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu bisa ditemui prosesi atau arak-arakan Mikoshi, Dashi (Danjiri) dan Yatai yang semuanya merupakan nama-nama kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada matsuri juga bisa dijumpai Chigo (anak kecil dalam prosesi), Miko (anak gadis pelaksana ritual), Tekomai (laki-laki berpakaian wanita), Hayashi (musik khas matsuri), penari, peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, dan pasar kaget beraneka macam makanan dan permainan.
Sejarah
Matsuri berasal dari kata matsuru (祀る? menyembah, memuja) yang berarti pemujaan terhadap Kami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama Shinto dikenal empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan, pembacaan doa (norito), dan pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi Jepang adalah ritual yang dilakukan di depan Amano Iwato.
Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi). Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri. Pada saat ini, Ise Jingū merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan terbatas dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta.
Sesuai dengan perkembangan zaman, tujuan penyelenggaraan matsuri sering melenceng jauh dari maksud matsuri yang sebenarnya. Penyelenggaraan matsuri sering menjadi satu-satunya tujuan dilangsungkannya matsuri, sedangkan matsuri hanya tinggal sebagai wacana dan tanpa makna religius.
Tiga matsuri terbesar
• Gion Matsuri (Yasaka-jinja, Kyoto, bulan Juli)
• Tenjinmatsuri (Osaka Temmangu, Osaka, 24-25 Juli)
• Kanda Matsuri (Kanda Myōjin, Tokyo, bulan Mei)
Kembali Ke Atas Go down
Crab

Crab


Male Jumlah posting : 252
Age : 36
Lokasi : Pamulang Hidden Village
Registration date : 04.03.08

Character sheet
shinigami: Yak...dengan Crab disini...Halooo...Halooo...Mau bicara ma sapa yah??Halooo...Sial di tutup telvon nya...asuuu

japan culture Empty
PostSubyek: Re: japan culture   japan culture Icon_minitimeMon Apr 21, 2008 8:52 pm

Chadou

Tradisi minum teh yang masih dilakukan oleh masyarakat Jepang hingga saat ini juga disebut Sadou atau Chadou. Ruang teh yang dipergunakan diyakini mampu melahirkan citarasa WABI, yaitu suatu cita rasa tenang, jauh dari keriuhan dan kesibukan, serta cita rasa SABI yang menggambarkan kedewasaan dan kepekatan rasa. Sementara itu konsep ICHIGO ICHIE menggambarkan konsep "Dalam hidup ini hanya akan ada satu kali pertemuan yang sama.
Salah satu seni tradisional yang dirancang oleh Murata Shuko yang selalu mendampingi Shogun Ashikaga Yoshimasa ini mencoba untuk menemukan kebebasan yang sesungguhnya dalam keserasian kehidupan, hening, sunyi, lepas dari kegaduhan duniawi atau dalam kehidupan manusia yang apa adanya, alamiah, serasi dengan alam dan bukan kehidupan mewah ciptaan manusia. Sementara itu yang berjasa memperkenalkan Cha No Yu kedalam dunia seni adalah Sen no Rikyu, seorang warga Osaka, Jepang sekitar abad ke 16 dan dilakukan dalam pertemuan– pertemuan militer atau saudagar kaya.
Teh yang digunakan dalam Cha no Yu berbeda dengan teh yang biasa diminum sehari-hari, yaitu berbentuk bubuk ‘matcha’. Dalam penyajian, tuan rumah atau otomae harus mempersiapkan mulai dari mengelap cawan hingga menyeduh teh sendiri. Tuan rumah dan tamu duduk berhadapan yang menunjukkan sopan santun orang Jepang terhadap tamu. Tamu yang diduduk bersimpuh secara berderet dari kanan ke kiri. Paling kanan adalah tamu yang paling dihormati. Otomae kemudian memulai upacara dengan mengelap cawan yang akan digunakan, selanjutnya teh dituangkan ke dalam cawan, diberi air panas dan diaduk dengan menggunakan alat pengaduk yang terbuat dari bambu hingga berbusa dan kemudian bisa dinikmati.
Kembali Ke Atas Go down
rajabajaklaut

rajabajaklaut


Male Jumlah posting : 131
Lokasi : lautan biru
Registration date : 20.02.08

Character sheet
shinigami: DAGING!!!!!!!

japan culture Empty
PostSubyek: Re: japan culture   japan culture Icon_minitimeSun May 04, 2008 7:59 pm

1. Oshougatsu/ New Year
Di kalender tahun Jepang, awal tahun menunjukkan banyaknya even penting. Tahun baru merupakan even untuk merayakan atau menyambut "Kami" (jiwa baru). Dipercayai jika tidak menyambut "Kami", maka akan mrndapatkan nasib buruk di tahun itu. Biasanya dengan mendekorasi pintu masuk dengan pohon cemara.

2. Kadomatsu/ Menghias Pohon Cemara
Kadomatsu merupakan kombinasi dari cemara, pohon yang berdaun hijau dan bambu, sehingga memunculkan kekuatan atau sense dari masing-masing benda tersebut. Hal ini menunjukkan harapan dan keinginan untuk hidup sehat dan panjang umur. Bukan hanya di rumah, tapi hotel, departemen store dan kantor-kantor juga memajang kadomatsu. Bahkan disepanjang jalan,agar memperlihatkan adanya kebaikan di tahun baru.
japan culture Kadomatsu

3. Osechiryori/ Hidangan Khusus Tahun Baru
Zaman dulu, setiap keluarga di Jepang mempersiapkan Osechiryori untuk tahun baru, tapi akhir-akhir ini Osechiryori bisa dibeli di food counters atau departemen stores. Namun, karena influence dari kebiasaan makanan dari barat, Osechiryori tidak begitu populer di kalangan muda (terlihat dari susunan makanan mereka).
japan culture 2005-osechi-1a-s-webcolor

4. Shimezakari/ Menghias Jerami Suci
Shimezakari diletakkan di dalam rumah pada saat tahun baru dengan tujuan untuk memusnahkan jiwa iblis, mencegah kutukan dan sebagai pembawa keburuntungan. Bukan hanya di dalam rumah yang dihias Shimezakari, tapi mereka juga mengikatkan Shimezakari di motor sebagai permohonan agar terhindar dari marabahaya.

5. Hatsumode
Kegiatan mengunjungi kuil di awal tahun. Kurang lebih sebanyak 3 juta orang berkunjung ke Meiji Shrine(Kuil Meiji) di Tokyo dan Sumiyoshi Grand Shrine di Osaka. Kantor-kantor diliburkan sampai tanggal 3 Januari, karena menurut kepercayaan orang Jepang, awal tahun merupakan hari berkumpulnya keluarga ataupun hari baik untuk menikah dan memilki keturunan.
japan culture Sensojitemple

6. Otoshidama
Adat Otoshidama merupakan bentuk syukur atas rizki yang diberikan Tuhan. Dengan memberikan sejumlah uang yang dimsukkan ke dalam amplop kepada anak-anak (Di Indonesia biasa disebut salam tempel). Ada tempat khusus yang menjual amplop Otoshidama dan diberi nama Otoshidama area.
japan culture 180px-Otoshidama93

7. Nen Gajyou/ New Years Card
Di Jepang, ada tim Special New Years Mail atau Nen Gatoku Betsuyuubin yang diresmikan tahun 1899 di Era Meiji dan masih ada sampai sekarang, walaupun tim ini sempat di skors sementara setelah Perang Dunia II. Kurang lebih ada 4 juta kartu ucapan yang dikirim setiap awal tahun. Akan tetapi, karena perkembangan zaman, kartu ucapan tahun baru biasanya dikirim lewat internet dan kartu ucapannya pun bisa dibuat sendiri dengan berbagai bentuk expresi. Meskipun begitu, banyak orang Jepang yang masih memilih untuk menggunakan kartu ucapan yang ditulis sendiri, karena terdapat makna yang lebih dalam. Dan bagi orang Jepang, mengirim kartu ucapan adalah hal yang sebaiknya dilakukan untuk mempererat hubungan.

8. Seijin No Hi/ Coming Of Age Day
Dirayakan setiap tanggal 15 Januari. Bagi kaum muda yang usianya mencapai 20 tahun mengadakan upacara Seijin Shiki. Karena di Jepang usia 20 tahun sudah diperbolehkan mengkonsumsi alkohol dan merokok. Ketika seseorang belum mencapai usia 20 tahun, dianggap banyak yang melakukan perbuatan kriminal. Pelanggaran-pelanggaran yang ada di laporkan di salah satu majalah Jepang, yaitu "Youth A". Mereka mencatat banyak kasus kriminal yang dilakukan seseorang di bawah usia 20 tahun. Upacara Seijin Shiki menandakan semua kaum muda harus menyadari kedewasaan mereka.
japan culture Seijin

9. Setsubun (Festival Sebelum Dimulainya Musim Semi)
Dirayakan pada tanggal 3 Februari, malam sebelum hari pertama musim semi diadakan setsubun, yaitu menaburkan kacang untuk mencegah godaan iblis dan memperoleh masa depan yang cerah. Secara khusus ritual ini dimaksudkan untuk membuang kesialan dan memanggil keberuntungan menjelang musim semi. Setsubun memiliki poin penting yang menghubungkan 4 musim, musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Setsubun adalah even penting yang populer dikalangan anak2. Banyak orang dewasa yang mengenang masa kecil mereka saat melakukan ritual setsubun, yaitu dengan melampari sang Ayah yang mengenakan topeng iblis (seolah2 iblis) dengan kacang. Upara setsubun juga dilakukan di kuil di seluruh Jepang.
japan culture Setsubun_2006_kobe_wkpd_sm

10. Hina Matsuri/ Fesival Boneka
Diselenggarakan tanggal 3 Maret. Pada kesempatan ini anak perempuan yang masih kecil berdoa untuk bisa tumbuh dengan sehat. Boneka2 di letakkan di deretan kayu bertingkat. Boneka Kaisar dan kaisar wanita di letakkan di bagian paling atas, di tempat ke-2 ada 3 gadis istana, tempat ke-3 duduk 5 boneka musisi, tempat ke-4 ada 2 penasihat istana, tempat ke-5 ada 3 pengawal istana, di tempat ke-6 dan ke-7 diletakkan benda2 yang biasanya digunakan di iastana. Boneka Hina dipajang sampai akhir Maret dan susunannya pun harus benar karena dipercaya jika boneka Hina tidak disusun dengan benar, kemungkinan akan menghancurkan hubungan dengn orang lain.
japan culture Hinamatsuri2

11.Sotsugyou Shiki/ Nuugaku Shiki (Upacara Kelulusan/ Penerimaan Sekolah)
Sekitar tanggal 20 Maret, upacara kelulusan sekolah diadakan serentak diseluruh negeri. Bagi semua sekolah di Jepang dan perusahaan yang telah menyelesaikan laporan keuangan di akhir Maret, bulan April merupakan tanda dimulainya kembali suasana dan hidup baru. Di bulan April uapacara penerimaan untuk TK, sekolah dan perusahaan dihiasi dengan kumpulan bunga ceri.

12. Tango No Sekku/ Boy's Festival (Atau biasa disebut hari anak)
Diselenggarakan tanggal 15 Mei. Perayaan ini di dedikasikan untuk laki2 dan perempuan, tapi yang sebenarnya di Jepang sendiri lebih sering di sebut Tango No Sekku. Tango No Sekku ini merayakan anak laki2 yang tumbuh sehat dan setiap rumah yang memiliki putra, memajang boneka perang. Kemudian setiap anak laki2 dimandikan dengan bunga iris (shobu). Tradisi ini dikenal dengan Shobu-yu dan menandakan hasrat untuk berjuang untuk memperoleh kekuatan yang memiliki makna yang sama dengan bunga iris. Sedangkan tanggal 29 April merupakan hari penghijauan dan tanggal 4 Mei di dedikasikan sebagai hari libur nasional. Kemudian dari tanggal 29 April-5 Mei dikenal sebagai Golden Week.
japan culture Kb

13.Tanabata/ Festival Bintang
Dirayakan tanggal 7 Juli, yang diambil dari legenda China dan telah menjadi tradisi Jepang. Ada 2 bintang, bintang Cowherd atau Kengyuusei (Altair) yang datang dari Timur dan bintang Weaver atau Shokujyousei (Vega) yang datang dari Barat, keduanya terlihat 1 tahun sekali. Tanabata memiliki sejarah panjang dan pada kenyataannya lebih dari 1000 syair/ sajak disebut dengan Manyoshu (sajak tertua di Jepang) yang dibuat berdasarkan Tanabata. Selama zaman Edo, Tanabata adalah salah satu dari 5 festival pejabat dan diakui sebagai upacara negara oleh Edo Shogunate. Adapun seorang pelukis bernama Hiroshige yang menggambarkan 100 pemandangan Edo dan semua rumah di kota Edo di dekorasi dengan bambu/ rumput bambu yang menjadi karakteristik dari festival tersebut. Kemudian tahun 1873 (Era Meiji), Tanabata dihapuskan dari uapacara negara pada akhir tahun, kerena dianggap sebagai perayaan yang berskala kecil. Sejak saat itu, beberapa hari sebelum Tanabata, toko alat2 tulis mulai menjual kertas khayalan untuk menulis syair/ sajak tradisional dan tanaman bambu untuk dijual. Di TK dan SD membuat dekorasi Tanabata dengan menggambar dan menghias kelas mereka. Selembar kertas khayalan yang telah ditulis "Aku ingin menjadi atau ingin seperti..." diikat di bambu sebagai permohonan.
japan culture Tanabata_kanagawa

14. Obon/ Festival Lentera
Tanggal 5 Agustus. Obon merupakan adat/ tradisi unuk Jepang untuk mengenang roh nenek moyang yang diharapkan bisa membimbing agar memperoleh kebahagiaan hidup. Dari Juli- Agustus banyak dikenal dengan Omatsuri/ Festival seluruh kota, termasuk Kyoto Gion Matsuri, Osaka Tenjin Matsuri, dll. Obon dimeriahkan dengan pesta kembang api yang diselenggarakan di sungai Sumudia di Tokyo. Adapun tarian festival Obon yang ditampilkan di seluruh kota denan para penari yang mengenakan kimono musim panas. Mereka membentuk lingkaran mengelilingi panggung bambu yang tinggi sebagai hiburan spesial. Karena itu banyak karyawan dan pegawai kantor yang mengambil cuti untuk merayakan obon bersama keluarga sekaligus ziarah ke makam nenek moyang.
japan culture Nagashi

15. Otsukimi/ Fetival Melihat Bulan
Jepang menggunakan kalender bulan, perhitungan hari dan bulan dihitung menurut besar dan penyusutan bulan. Pada tanggal 15 September merupakan bulan penuh tau FullMoon yang bertepatan dengan bulan panen bagi para petani di Jepang. Kalender bulan tertua datang ke Jepang dari Dinasti Tang (China) atau pada zaman Heian. Tradisi ini menyimbolkan kelahiran kembali, keabadian dan rasa syukur.
japan culture Tsukimi2

16. Taii Ku No Hi/ Health- Sports Day
Tanggal 10 Oktober, seluruh sekolah di Jepang menyediakan lapangan untuk karnaval atletik, Juga sebagai hari libur nasional yang diambil dari peringatan Tokyo Olympic Games tahun 1964. Festival ini memberikan kesempatan orang tua untuk menyiapkan Obentou/ bekal makan siang yang dimakan sambil melihat anak mereka ikut bertanding.
japan culture Jp4hfrelay

17. Shichi-Go-San (7-5-3)
Pada tanggal 15 November, anak perempuan yang berumur 7 dan 3 tahun serta anak laki2 yang berumur 5 tahun mengunjungi kuil dengan ditemani orang tua mereka. Anak perempuan berumur 7 tahun memakai kimono, sedangkan anak perempuan berumur 3 tahun mengenakan mantel merah dan kimono (double), untuk anak laki2 berumur 5 tahun biasanya memakai jaket. Di kuil, Biksu Shinto memulai uapacara pemurnian untuk menjamin kesehatan pertumbuhan anak. Zaman dulu, tradisi ini dikenal dengan Festival Obi. Sebutan Shichi-Go-San ada setelah Era Meiji dan mulai populer di Tokyo- Kansai dan dirayakan secara nasional.
japan culture Seasons022

18. Saimatsu/ The Year End
Tanggal 28 Desember merupakan hari terakhir para pegawai kantor masuk kerja, sebagai persiapan untuk membersihkan rumah untuk mengakhiri dan menyambut tahun baru, biasanya disebut Osoji. Hidangan khusus Saimatsu, yaitu kue nasi atau Kagami-Mochi dicampur dengan soup yang bisa di pesan dari restoran. Kemudian Toshi-Koshi Soba, yaitu Mie daging rusa. Adat menyediakan Toshi-Koshi Soba sudah ada sejak zaman Edo dan dimakan setelah bunyi lonceng atau tanda tahun baru.
Kembali Ke Atas Go down
http://www.cokidisini.multiply.com
hikari

hikari


Jumlah posting : 20
Registration date : 10.10.08

japan culture Empty
PostSubyek: Re: japan culture   japan culture Icon_minitimeSat Oct 11, 2008 8:56 pm

wah thread yang ini keren...........

bisa nambah pengetahuan soal kebudayaan jepang, jadi semakin jepang deh japan culture 906327

tambah lagi

tambah lagi

tambah lagi

tambah lagi
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content





japan culture Empty
PostSubyek: Re: japan culture   japan culture Icon_minitime

Kembali Ke Atas Go down
 
japan culture
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» my japan lovers
» Apa Beda Japan Rock & Visual Kei??
» Mengenang 10 thn kepergian Hide (X Japan)
» Japan Fair @ Univ.Darma Persada

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
japanlovers :: bahasa & budaya-
Navigasi: